Pendidikan Wirausaha Santri Membangun Ekonomi Pesantren

Saat ini santri harus memiliki life skill agar dapat mengahadapi tantangan zaman. Life skill ini justru sekarang menjadi yang utama. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki santri adalah kemampuan berwirausaha agar bisa membangun kemandiriannya dan perekonomiannya sendiri dan pondok pesantren.

Untuk menumbuhkan jiwa tersebut, maka pihak pesantren terus membantu dengan menggelar pelatihan wirausaha rutin di berbagai pondok pesantren sehingga semakin banyak santri yang terfasilitasi untuk dapat mengasah skill.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan langkah awal dalam membentuk  pribadi yang ulet, cerdas dan bertanggungjawab. Secara praktis banyak pondok pesantren yang secara spontanitas mengembangkan kegiatan kewirausahaan, para santri memanfaatkan waktu pada siang hari untuk melakukan berbagai kegiatan pegembangan keterampilan (bengkel, berdagang, home industri, budidaya ikan da pertanian dll), dan pada sore hari, malam dan setelah shubuh para santri melaksanakan kegiatan belajar ngaji.

Seluruh aktivitas usaha tersebut harus dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang profesional tanpa mengganggu proses belajar dan mengaji.

Menurut Dr. Purwa Hadi dalam bukunya Manajemen kewirausahaan di Pesantren, dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:

  1. Seluruh santri diberikan modal, yakni penanaman nilai-nilai aqidah yang kuat, sebagai sumber inspirasi dan motivasi bahwa berwirausaha merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT, serta untuk mendapatkan manfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat.
  2. Melakukan pola reformasi pada kurikulum, manajerialnya, serta strategi pembelajarannya dengan prisip “ Meneruskan Tradisi Lama yang Baik dan Mengambil Sesuatu yang Baru”.
  3. Memberikan DIKLAT keterampilan baik dalam manajemen maupun analisa usaha yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan perusahaan perbankan syari’ah.
  4. Menetukan kelompok santri sesuai dengan jenis dan kegiatan usaha yang dipimpin oleh guru dan kosultan dari perusahaan.
  5. Melakukan langkah yaitu pengembangan sayap ke bawah, ke berbagai daerah degan mengutus para guru untuk mempromosikan perusahaan di pesantren yang bersangkutan.
  6. Membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan secara bertahap meski terdapat kesulitan secara interal.
Baca juga:  Esensi Doa, Bukan Hanya Sekadar Meminta

Pada pengimplementasian kewirausahaan di pesantren, santri yang telah dibekali pembinaan harus terlibat secara aktif, melakuka proses managerial usaha secara profesional dibarengi dengan pengawasan secara periodik.

Tahap berikutnya adalah evaluasi yang dilakukan secara berkala, dan evaluasi akan lebih baik apabila dilakukan melalui forum rapat yang khusus untuk itu, dan semua elemen yang berhubungan dengan usaha harus hadir menyampaikan informasi dan permasalahan yang dihadapi sehingga pada rapat tersebut sekaligus sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dialami oleh santri dan diketahui oleh kyai dan guru-guru.

Menurut DR. Rudi Rusyana (2016); Sebagai gambaran umum, hasil penelitian tentang keberhasilan pesantren Salafi dan kholafi, penerapan dan pengembangan pendidikan kewirausahaan antara lain;

  1. Pesantren Lirboyo memiliki lahan pertanian produktif, mini market, SPBU, dan Koperasi Baitul Mal Wattamwil.
  2. Pesantren Al-Fath, memiliki koperasi yang berhasil melakukan kerjasama perdagangan dengan unilever dan perusahaan batik.
  3. Pesantren Al-Muhajirin; memiliki Prudential Syariah yang melibatkan masyarakat (tabungan kurban, umroh, berproteksi, dan tabungan pelajar), dan juga kerjasama dengan pabrik Aqua Golden Misissifi, distributor air dalam kemasan.
  4. Pesantren Al-Bayan; memiliki lahan pertanian produktif (sayur mayur) dan kerjasama dengan MNC-Grup dalam pemasaran.
Baca juga:  Progresivitas Nabi Muhammad dalam Kitab Dirasat fi al-Sirah al-Nabawiyyah karya Husain Mu'nis

Manfaat penerapan pendidikan kewirausahaan di pesantren secara garis besar meliputi sebagai berikut:

  1. Manfaat kepada lembaga: lembaga memiliki pendapatan dari hasil usaha yang berguna untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan pesantren.
  2. Manfaat kepada guru-guru: guru-guru pesantren memiliki pendapatan yang riil pada setiap bulan.
  3. Manfaat kepada santri: santri memiliki keterampilan khusus sebagai pengalaman yang akan bermanfaat bagi diri dan keluarganya di masa mendatang dan mendapat insentif untuk bekal sehari-hari. Pendidikan kewirausahaan sangat bermanfaat ganda bagi santri, mereka memiliki pengalaman berwirausaha sebagai bahan untuk memenuhi kebutuhan hidup masa yang akan datang secara mandiri.

Penerapan praktis pola kewirausahaan pesantren akan memberi dampak positif dan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan kyai dan para ustadz dan keluarga secara langsung, begitu pula dipastikan membawa dampak positif dan bermanfaat besar baik kepada internal lembaga pesantren dapat megembangkan kelembagaannya secara lebih terarah dan kredibel, demikian juga untuk para santri memiliki pengetahuan, pengalaman dan terutama bermanfaat untuk masa depannya dalam membangun kemandirian hidupnya di masa yang akan datang.

Komentar Facebook
0