Jika Barokah Bisa Didapatkan Lewat Nyolong, Mbah Mun Dulu Ngambil Apa kok Bisa Sealim Sekarang? Inan EsaiKisah 11 November 2018 0 3 min read Gambar: NU Online Pada reuni akbar Pesantren Lirboyo sekaligus Peringatan Satu Abad Pondok Pesantren Lirboyo, seorang pembicara bertanya kepada para hadirin: “Dari mana datangnya barokah?” Pembicara yang sebenarnya sudah tahu jawabannya itu kemudian menjawab pertanyaannya sendiri: “Barokah bisa datang dari mana-mana.” Konon, saking banyaknya jalan, barokah juga bisa datang dari hal-hal yang tak terduga. Misalnya, barokah dari nyolong mangganya kiai atau nyolong endognya kiai. “Kalau ndak percaya, Gus Mus ini salah satu buktinya. Beliau itu bisa ngalim seperti sekarang gara-gara barokah nyuri telurnya mbah yai Mahrus sewaktu masih mondok”, canda pembicara sambil melirik kepada Gus Mus. Malam itu reuni akbar sedang diadakan di Lirboyo. Berbeda dengan acara reuni-reuni sebelumnya, kali ini pondok pesantren Lirboyo tepat berusia satu abad. Para hadirin yang datang pun membludak. Baca Juga Berbagai Tidurnya Santri bisa Menentukan Selama Apa ia Mondok Jadi Ulama itu Berat, Kamu Tak Akan Kuat, Jadi Ubaru Saja Tak hanya tamu undangan saja, para alumni serta para kiai sepuh turut hadir seperti Prof. Dr. Said Aqil Siradj dan Mbah Kiai Maimun Zubair. Hadir juga Kiai Abdullah Kafa Bihi dan Kiai Idris Marzuki selaku tuan rumah. Baca juga: Klasifikasi Amal ketika Hidup atau MatiSelepas menyampaikan sambutan, sang pembicara turun dari panggung dan Gus Mus dimohon untuk naik memberikan sambutan berikutnya. Dalam sambutannya, Gus Mus tidak bicara berpanjang lebar. Justru beliau hanya menyampaikan rasa syukur karena 50 tahun lalu turut diberi kesempatan untuk mencecap barokah dari pondok Lirboyo. Soal barokah ini, ternyata Gus Mus tidak sepaham dengan para pembicara terdahulu. Dan hal itu disinggung pula dalam pidatonya. “Saya kok nggak percaya ada barokah bisa datang dari nyolong di kantin ndalem. Ngambil gorengan empat ngakunya dua. Apa lagi barokah nyolong pelem sama telur dari kiainya. Ini perlu diluruskan.” “Soalnya apa, kita ini sekarang lagi di hadapan para kiai, alumni, hadirin dan juga santri-santri. Jangan-jangan nanti para santri yang dengar, lalu supaya dapat berkah, bisa ngalim seperti kiai Said, lantas ikut-ikutan ngambil pelem kiainya.” Tutur beliau sambil terkekeh. “Di samping itu semua, saya juga mau meluruskan tuduhan dari pembicara tadi yang bilang kalau saya dulu pernah ngambil telurnya kiai Mahrus. Na’udzubillah min dzalik. Nggak mungkin lah saya jadi syuriah NU kalau dulu waktu mondok nyolang-nyolong,” kata beliau sambil mengenang. Baca juga: Meneladani KH. Arwani Amin Kudus, Penulis Kitab Faidhul Barakat Fi Sab'il QiraatSeturut penuturannya, Gus Mus dulu bisa makan telur dari mbah yai Mahrus karena setiap hari jumat KH. Cholil Bisri, kakak Gus Mus, sering diundang ke ndalem dan diajak makan bersama mbah yai. “Memang pernah punya niatan untuk mencuri, tapi itu dulu dan baru niat!” ungkap Gus Mus. Waktu itu, beliau baru awal mondok di Lirboyo. Masih kecil. Dulu ada tebu di dekat ndalem mbah yai. Karena hendak ditebang, Gus Mus pun langsung mengajak pasukan buat ngambil tebunya. Daripada cuma ditebang dan nggak dimanfaatkan, pikir Gus Mus. Lha kok ndilalah belum sampai ngambil tebu, mbah yai nimbali dari depan ndalem. Gus Mus pun ndredeg. Baca Juga Kisah Luqman Hakim dan Komentar Warganet yang Maha Benar Sudahkah Sampeyan Menjebak Setan Hari Ini?. Mbah yai lalu menanyakan apakah Gus Mus mau dikasih tebu. Gus Mus masih ndredeg. Singkat cerita, Mbah Yai kemudian masuk ndalem dan keluar kembali. Sembari menggendong glondongan tebu, Mbah Yai dawuh: “Ini saya pilihkan yang bagus-bagus. Dimakan sama teman-temannya ya.” Baca juga: Teladan Santri untuk Seorang Pemimpin“Gimana mau nyuri, wong belum sempat bertindak sudah dicegat dulu.” kenang Gus Mus. Beliau kemudian menegaskan bahwa barokah yang membuat para santri bermanfaat dan sukses bukanlah berasal dari hal-hal yang disebut tadi. Bagi Gus Mus, itu semua bisa terwujud berkat doa ikhlas para masyayikh yang dipanjatkan setiap malam serta kecintaannya terhadap para santri yang setara atau bahkan melebihi anak-anaknya sendiri. “Ini saya teliti dan cermati betul. Saya pun sudah membuktikannya. Soalnya, kalau percaya barokah datang dari nyolong, takutnya kita nanti jadi bertanya-tanya. Kalau begitu, mbah yai Maimun Zubair dulunya ngambil apa kok bisa sampai se-ngalim sekarang?” *Disarikan dari sambutan Gus Mus yang disampaikan pada acara Reuni Akbar IV Himasal Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Penulis: Inan, Lurah sabak.or.id Baca artikel menarik lainnya yang ditulis oleh Inan. Komentar Facebook 1