Tawakal Tidak Sekadar Pasrah, Tetapi Juga Ikhtiar Erik Maulana Artikel 21 Desember 2021 0 2 min read Pembahasan mengenai Yakin dan Tawakkal merupakan pembahasan yang sangat penting bagi umat Muslim, karena yakin dan tawakkal ini adalah pondasi Agama yang tidak boleh diikuti dengan keraguan sedikitpun dan juga memiliki hubungan yang erat dengan keimanan seorang hamba. Tanpa keyakinan yang kuat akan kehadiran Allah SWT didalam jiwa kita, maka keimanan kita dapat diragukan. Sebab makna Iman secara bahasa yaitu “At-Tashdiq” (membenarkan). Sedangkan secara Istilah adalah meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Kita harus meyakini bahwa Segala sesuatu yang telah Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an yang kemudian dirincikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Sunnahnya adalah Benar, dan itu adalah pondasi yang tidak boleh digoyahkan. Adapun makna Tawakkal adalah menyerahkan perkara setelah kita berusaha. Jadi, kita harus yakin dengan apapun yang telah Allah SWT sampaikan kepada Rasulnya, lalu diikuti dengan menyerahkan segala perkara yang telah kita lakukan atau Ikhtiarkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat dua yang berarti: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakal.” Baca juga: Sejarah Kodifikasi Hadis pada Masa Umar bin Abdul AzizMemahami tawakkal, ada yang berpendapat, bahwa tawakkal ialah menyerah bulat bulat kepada Tuhan tanpa berbuat daya-upaya dan usaha untuk mendapatkannya. Ringkasnya enggan berikhtiar. Namun anehnya ia malah meminta yang enak-enak belaka. Orang semacam itu rupanya berpendapat, bahwa tidak perlu ia belajar, jika Tuhan menghendaki ia menjadi pintar, tentu pintar juga nantinya. Atau ketika sakit, tidak perlu ia berobat, jika Tuhan menghendaki sembuh tentu sehat kembali pula. Semua itu sama seperti halnya orang yang sedang lapar, walaupun berbagai macam makanan di hadapan mukanya, tetapi ia berpendapat, jika Tuhan menghendaki kenyang, tanpa makan pun akan menjadi kenyang juga. Cara berfikir semacam itu, apabila diterus-teruskan, pasti akan membuat kesengsaraan diri sendiri, bahkan merusak akalnya sendiri. Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berusaha atau berikhtiar serta bekerja sebagaimana mestinya. Contohnya meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu masih juga hilang misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan agama Islam orang itu sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang. Baca juga: Pendekatan Pembelajaran Reggio Emilia Menurut MalaquzziSingkatnya tawakkal tanpa dibarengi usaha dan Ikhtiar lebih dulu adalah salah dan kekeliruan menurut pandangan Islam. Jika kita telah mampu meletakkan arti tawakkal pada garis yang sebenarnya, maka kita akan mendapatkan ganjaran-ganjaran yang telah Allah janjikan terhadap hamba-hambanya. sebab Allah SWT akan menjamin bahwa kita akan diberi bagian rezeki kita masing-masing sebagaimana halnya burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan kosong perut, dan pulang pada sore harinya telah menjadi kenyang. Ada sebuah kisah Inspiratif dari Nabi Muhammad SAW dalam mempertahankan keyakinan serta cara beliau bertawakkal kepada Allah SWT. kisah yang diceritakan oleh Jabir r.a., bahwasanya ia pernah mengikuti perang bersama Nabi SAW menuju arah Najd. Dan ketika rasul sedang berteduh di bawah pohon (dikatakan dalam hadist pohon akasia) tiba-tiba seorang badui (dalam riwayat lain seorang Musyrik) menghampirinya sementara pedang Rasulullah masih tertambat di pohon, lalu ia menghunuskan pedang sambil berkata,”Kamu takut kepadaku?” Tidak, jawab beliau. Kemudian ia bertanya “lalu siapakah yang bisa menyelamatkanmu dariku?” Nabi Pun Menjawab dengan tegas “Allah!”. Baca juga: Tuhan Maha Lucu: Cara Tuhan Bercanda dengan ManusiaDalam riwayat lain yang diriwayatkan Abu Bakar al-Ismaili, ia mengatakan bahwa setelah rasul menjawab “Allah” mendadak jatuhlah pedang itu dari tangannya, maka diambilah pedang itu oleh Rasulullah, lalu beliau balik berkata, “Adakah yang bisa menyelamatkanmu dariku?” kemudian orang badui itu menjawab “Jadilah engkau sebaik-baik orang yang membalas,” Kemudian Rasulullah mengajaknya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat namun ia enggan untuk mengucapkannya. Akan tetapi, dia berjanji tidak akan memerangi kaum muslimin, dan tidak akan membantu kaumnya ketika memerangi kaum muslimin. Dari uraian dan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Yakin dan Tawakkal kepada Allah SWT sangatlah penting untuk menjaga keimanan kita agar tetap utuh, sebab ia merupakan pondasi agama bagi umat Islam. Ditambah dengan adanya kisah Inspiratif yang telah Nabi Muhammad SAW contohnya kepada kita, semoga kita dapat meneladani keteladanan yang telah beliau contohkan kepada kita, selaku umatnya. Komentar Facebook 0