Sudahkah Sampeyan Menjebak Setan Hari ini?

Foto: sabak/niam

Sampeyan semua, saya yakin pasti pernah lupa meletakkan sesuatu yang sangat berharga, atau sesuatu yang sepele tapi dianggap berharga. hakul yakin pasti pernah. Misalnya apa?

Kunci motor, suatu barang yang kecil tapi jika lupa naruh kita jadi kelimpungan yang bisa mengorbankan diri sendiri untuk jalan kaki, apalagi kalau sudah ada janji. Yassalaaaam… rasanya ndak karuan. Yang paling gregeten lagi sepulang dari jalan kaki eee ngglethek kunci motor tersebut berada di tempat yang mustahil sulit kita temukan; di atas lemari, saku baju, tumpukan baju kotor, dan tempat tidur.

Jika sudah begini yang bisa kita lakukan adalah bersikap santai, jangan panik dan bingung, alih-alih tergesa-gesa.

Misalnya lagi, korek api. Perihal korek api ini sangat sepele tapi penting, murah tapi mahal. Betapa mangkelnya kita ketika mau menyulut rokok di pagi yang dingin setelah setoran ngaji, dengan sebatang rokok yang sudah kita siapkan sejak semalam tadi seraya mengatakan:

Baca Juga

Baca juga:  Daftar 5 Situs Islam yang Moderat dan Menentramkan

“Wah, sebatang rokok ini enak untuk besok pagi, setelah ngaji, pagi-pagi sambil nyeruput kopi di depan kamar, hmmmm”

Ternyata harapan tersebut tinggal butiran debu.

Kita sudah muter-muter dari kamar ke kamar, dari slempitan ke slempitan, hingga waktu yang kita siapkan 15 menit untuk menikmati sebatang rokok, sia-sia begitu saja hanya karena persoalan korek.

Jika sudah begini, solusinya adalah menyulut rokok dengan korek besar, korek raksasa alias kompor gas, namun harus hati-hati jangan sampai jenggot dan kumisnya keslomot.

Semua perokok mampu membeli rokok, tapi tak semua perokok ma(mp)u membeli korek.

Nah selanjutnya, bagaimana jika yang lupa adalah barang yang benar-benar berharga, yang sengaja memang sudah disimpan namun ketika dibutuhkan mendadak kita lupa ingatan?. Tenang, ada cara tersendiri yang paling ampuh, yakni menipu setan.

Jika selama ini kita sering terbujuk oleh tipu daya setan, nah sekarang giliran kita untuk menipu setan.

Syahdan, seorang saudagar kaya raya di era Abu Hanifah tengah menyembunyikan harta emas batangan di dalam tanah, setelah mengubur harta berharganya itu, selang beberapa tahun ia lupa di mana ia pernah mengubur hartanya tersebut. Ia sempat menggali di mana-mana tapi hasilnya nihil.

Abu Hanifah sebagai tokoh dan ulama pada saat itu didatangi oleh saudagar tersebut.

“Mbah. Saya nyimpan harta di galian tapi lupa di mana tempat itu” Tanyanya.

“Ini bukan persoalan fikih, Kang. Saya tidak bisa membantu.” jawab Abu Hanifah.

“Wah, harus bisa dong, Mbah. Kan ulama?.” Tanyanya mendesak. Seorang kiai memang dianggap selalu bisa mencari solusi apapun masalahnya.

Abu Hanifah berpikir sejenak, sejurus kemudian ia menjawab “Saya tahu caranya agar sampeyan ingat, nanti malam silahkan salat sunnah 10 rakaat.” Jawab Abu Hanifah dengan mantap.

“Nggih, Mbah. Siap.” Kata saudagar tersebut.

Pulang dari konsultasi, malam harinya ia bangun dan shalat, tanpa dinyana-nyana baru dua rakaat selesai, ia langsung ingat di mana ia pernah mengubur emas-emasnya itu. Ia berhenti dan segera menggalinya. Berhasil lah ia menemukan hartanya.

Keesokan harinya ia sowan ke Abu Hanifah untuk memberitahukan kalau ia sudah berhasil. “Mbah, belum sepuluh rakaat saya sudah ingat di mana emas-emas itu.”

“Oh, alhamdulillah. Setan berhasil masuk jebakan.” Jawab Abu Hanifah menyakinkan.

“Lho, kok bisa, Mbah?.” Tanya saudagar tersebut.

“Ya, saya tahu jika setan itu suka menggoda manusia ketika salat dengan cara mengingat-ingatkan harta yang dimiliki oleh orang yg sedang sholat. Nah termasuk emas yg sampeyan sembunyikan itu.” Abu Hanifah sambil terkekeh.

Nah, kesimpulannya kalau sampeyan memang benar-benar lupa meletakkan dompet atau harta berharga lainnya, segeralah salat dengan khusuk, semakin khusuk semakin besar kemungkinan sampeyan akan menemukannya, karena setan akan selalu menggoda dari depan, belakang, samping, dan segala penjuru.

Sudahkan sampeyan menjebak setan hari ini?.

Baca juga:  Pemuda sebagai Katalisator Perubahan Pendidikan di Era Society 5.0

*Cerita ini diambil dari keterangan ngaji Gus Baha 25 September 2016 di Bantul.

Penulis: Qowim

Baca artikel menarik lainnya yang ditulis oleh Qowim.
Komentar Facebook
0