Cantik Itu Luka, Bosque! Mujib Romadhon Esai 13 Desember 2018 0 3 min read Penulis: Mujib Romadlon Kecantikan merupakan sebuah kata sifat yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, keindahan dan kepuasan. Lebih cenderung subjektif karena setiap orang kemungkinan besar memiliki definisi ‘cantik’-nya sendiri, tergantung pula dengan dunia pengalaman yang ia jumpai saban harinya. Maka tak ayal bila arti cantik itu juga tergantung pada situasi dan kondisinya yang temporal. Satu kebudayaan punya definisi kecantikan yang berbeda dengan budaya lain. Standar kecantikan juga selalu berkembang mengikuti arus zaman. Namun biasanya standar itu akan mengacu pada daya tarik faktor fisik, seperti: kulit, simetri wajah, bentuk tubuh dan pesona kibasan rambut. Bila seorang wanita disebut cantik. Maka ia akan menjadi pusat perhatian yang atraktif. Untuk tercapainya pemenuhan ‘selera pada umumnya’, orang yang terobsesi pada kecantikan akan berupaya untuk selalu mengupgrade fisiknya sesuai dengan standar terbaru biar dianggap tetap cantik. Namun yang kadang membuat miris adalah kadang para wanita rela menyakiti diri mereka sendiri, semata hanya biar dianggap: cantik, seperti di beberapa kasus berikut ini: 1. Kerok alis dan botakin Jidat Bila zaman sekarang wanita berusaha memperindah alisnya sampai merogoh kocek yang tak sedikit. Dengan berbagi pensil alis sampai tatto. Beda dengan zaman Renaissance. Abad itu, kebanyakan wanita mencukur garis rambut mereka sampai setinggi mungkin agar dahinya terlihat jelas. Dan jelas model poni dora the explorer tidak akan dianggap cantik pada saat itu. Ditambah pula, alis pun harus bersih kayak lantai keramik alias tidak ada sama sekali alis di sana. Noh… Baca juga: Pendulum Arus Baru Islam Indonesia Pasca 2122. Cantik dengan Mengikat kaki Sejak berumur empat tahun setiap anak gadis Tiongkok sudah melakukan tradisi “ikat kaki”. Kaki yang diikat itu membuat kondisi jari dipatahkan dan melengkung ke dalam, dan dibalut dengan kain. Keempat jari selain jempol diikat ke bawah telapak kaki dengan kain yang dililitkan, dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan kaki. Ikat kaki ini dilakukan dari usia muda sampai meninggal. Dan yang hal ini sebenarnya sudah jelas bahwa tradisi ikat kaki ini menghancurkan kesehatan dari para wanita. Penggunaan kain untuk mengikat sepasang kaki, mengakibatkan berubahnya bentuk tulang kaki. Kaki yang diikat lama kelamaan “dipaksa” menjadi kecil dan meruncing ke depan. Saat kaki menjadi “kecil” itulah yang disebut cantik dan menawan seperti halnya teratai. 3. Meruncingkan gigi Di salah satu wilayah Filipina, ada sebuah tradisi untuk dianggap cantik. Yakni dilakukan dengan cara meruncingkan gigi. Begitu pula di Jepang. Bedanya, bila Jepang hanya di gigi taringnya saja yang diruncingkan agar mirip drakula. Maka suku Bagoba di Filipina meruncingkan semua giginya seperti layaknya werewolf. Wew… Baca juga: Curcol si Santren dan si Sanial4. Gemuk Zaman ini hampir semua wanita ingin bertubuh langsing. Namun ini tak berarti bagi salah satu negara Afrika Barat, Mauritania. Yang memandang bahwa kecantikan ialah bertubuh gemuk. Di sana, semenjak umur 8 tahun seorang anak gadis sudah harus memakan berbagai makanan yang berlemak tinggi, hal ini dilakukan untuk mendapatkan bobot/cantiknya di masa depan. Super bosku… 5. Kulit putih Untuk mendapatkan kulit yang super putih, zaman dahulu produk kecantikan banyak dilakukan melalui media timbal dan cuka yang sampai saat ini mungkin juga banyak dilakukan. Efeknya kulit pun benar-benar menjadi super putih, tapi efek sampingnya bisa berubah jadi kuning dan tak bisa kembali lagi. Kulit putih pun sampai saat ini mungkin juga masih jadi trending kecantikan yang populer. Dahulu untuk mendapatkan kulit putih maksimal Ratu Elizabeth 1 kecanduan dengan kosmetik berbahan timbal atau cuka. Bahkan, sampai kulitnya masuk taraf kulit yang terlalu putih seperti cat tembok decolith sehingga dalam sejarah dia dikenal dengan sebutan “mask of youth”. Baca juga: Shalawat Era Milenial: Milih Nisa Sabyan atau Veve Zulfikar?Melihat beberapa kasus di atas. Terlihat sekali, bahwa untuk mendapatkan kecantikan harus ditembus melalui berbagai hal rasa sakit yang tak murah. Istilah ‘beauty is pain’ pun lama kelamaan menjadi kaprah dikenal dan seakan sudah menjadi common sense di masyarakat. Pada dasarnya merawat tubuh pun diperbolehkan secara hukum Islam. Toh Allah pun menyukai kecantikan/keindahan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah merawat kecantikan dari apa yang sudah dititahkannya. Bukan mengedit apa yang sudah menjadi ketitahannya. Modifikasi yang dilakukan oleh seorang makhluk pun bisa sampai pada taraf memunculkan madharat/bahaya yang lebih besar. Beauty is pain, Cantik itu sakit luka. Kecantikan yang diupayakan penuh seorang wanita dan segala rasa sakit yang diterimanya bila didasarkan pada niat ibadah kepada suami baru, Insya Allah akan mendapatkan pahala. Tapi ingat! Bisa pahala bila ditujukan untuk menyenangkan mata suaminya saja. Istri yang melelehkan air mata menahan rasa sakit demi tampil cantik di depan suami insya Allah akan mendapatkan pahala disisiNya. Lha kalau berkeinginan cantik ditambah upaya menahan rasa sakit tapi demi suami tetangga gimana? Sudah… Itu tak perlu ditanya! Baca Esai Menarik Lainnya yang ditulis oleh Mujib Romadlon. Komentar Facebook 0